
Rektor sebagai leader yang diharapkan dan sudah seharusnya memperbaiki keadaan kampus yang semakin buruk ini dan bahkan terkesan memperburuk keadaan, keputusan – keputusan kampus yang semakin otoriter banyak memakan korban baik dari kalangan mahasiswa maupun unsur lainnya. Suara – suara yang disampaikan oleh mahasiswa terkesan hanya dianggap sebagai angin lalu saja oleh pihak – pihak lembaga termasuk rektor itu sendiri.

“Kami Mahasiswa dari Fakultas Ekonomi merasa sangat keberatan dengan kebijakan kenaikan harga SP di Fakultas kami yang mencapai hingga 150%”, ujar Gubernur BEM Fakultas Ekonomi (Ragil Kusumawardani) pada aksi tersebut, “kami mengklarifikasi kepada pihak lembaga dan mereka memberikan keterangan bahwa hal tersebut adalah kebijakan dari Rektor, mohon beri penjelasan kepada kami mengenai hal tersebut” lanjutnya.
Kemudian dengan sedikit rasa cemas karena jumlah masa yang terhitung banyak. rektor menjawab pertanyaan tersebut “Sebenarnya di Universitas Galuh tidak ada sistem perbaikan yang saudara sebutkan, dan saya tidak pernah mengeluarkan SK(Surat Keputusan) mengenai sistem perbaikan tersebut terlebih lagi penentuan untuk biayanya” jawabnya. Mendengar hal tersebut, sangat bertentangan sekali dengan apa yang dilontarkan oleh pihak lembaga Fakultas Ekonomi itu sendiri yang mengatakan bahwa pihak lembaga Fakultas Eknomi pun merasa terpaksa dengan kebijakan tersebut, dan mereka dengan terpaksa pula menaikan biaya untuk “Semester Pendek” tersebut.
Melihat dua pernyataan tersebut, terkesan “mereka” saling melempar “bola panas”, seakan saling menyalahkan, dan pada akhirnya mahasiswa lah yang menjadi korban atas perilaku mereka. Lalu, apa yang sebenarnya menyebabkan adanya kebijakan hal tersebut??? Mungkinkah, kampus yang dalam kenyataanya seharusnya bertindak sebagai lembaga pendidikan, kini dijadikan “ladang bisnis” oleh beberapa pihak yang ada didalamnya?

Karena tidak ada kepuasan atas jawaban - jawaban yang dikatakan oleh Rektor, maka dengan penuh kekecewaan membubarkan diri dan akan kembali melakukan aksi jika tidak ada jawaban secara real yang dilakukan oleh Rektor terhadap janji - janjinya tersebut.
Dalam statement yang dibuat dalam aksi tersebut, Keluarga Besar Mahasiswa Universitas Galuh menuntut beberapa hal, diantaranya adalah :
1. Tingkatkan keamanan dan kenyamanan kampus.
2. Perbaiki kurikulum dan akademik yang semerawut.
3. Membuat kebijakan yang selalu berpihak kepada Mahasiswa terutama terkait dengan keuangan.
4. Hapus komersialisasi pendidikan (Hal yang terjadi di Fakultas kita).
5. Hilangkan konflik di dalam lembaga
6. Perbaiki fasilitas kampus.
7. Perbaiki akreditasi.
8. Lebih aspiratif dan menjungjung tinggi demokrasi.
9. Kejelasan pengilangan mata kuliah Pancasila serta memohon maaf kepada Mahasiswa dan BANGSA INDONESIA.
0 Response to "Aksi Ke"geram"an Keluarga Besar Mahasiswa Universitas Galuh"
Post a Comment